Bismillahirrahmanirrahim

Bismillahirrahmanirrahim

selamat datang

dian

dian

Jumat, 23 September 2011

Hidup Seperti Biji Jagung, Semangka dan Durian


Hidup dan dibesarkan dari keluarga petani, ternyata ada sedikit serpihan filosofi kehidupan. Dari kisah yang sederhana, namun memiliki makna yang dalam dan luar biasa. Suatu saat Simbah memamerkan 3 biji; Jagung , Semangka dan Durian. Tidak tahu apa yang dimaksud dengan ketiga biji tersebut. Biji Jagung yang masih dalam wujud tongkol diletakan diatas Pogo, yaitu para-para diatas tungku perapian. Jagung yang diletakan diatas Pogo bisa bertahan berbulan-bulan karena awet oleh pengasapan tungku ”pawon”. Biji Semangka dan Durian lalu dibawa keluar dan ditanam di kebun belakang.
Hari berganti hari, tongkol Jagung masih berdiam diri dibalik asap tungku, Biji Semangka kini berubah menjadi tanaman merambat dan bersulur-sulur, Biji Durian mulai bertunas. Setiap hari diamati Jagung, Semangka dan Durian, dan jika ada yang tidak beres segera ditangani. Bulan berlalu, disaat persediaan beras menipis habis, simbah mengambil Jagung dari atas Pogo untuk di olah menjadi nasi Jagung. Dikebun belakang, Semangka sudah berbuah beberapa biji dan besar-besar, sepertinya siap petik. Durian kini sudah tumbuh sekitar 1meter, dengan daun yang hijau subur.
Nasi Jagung memang luar biasa saat dihidangkan dalam kondisi masih panas, lalu ditemani ikan asin dan sayuran segar. Selesai makan, mulut dicuci dengan Semangka hasil metik dari kebun belakang. Lantas timbul pertanyaan, ”kapan saya makan Duriannya..?”. Perut kenyang dan kesegaran Semangka telah dirasakan, lalu perlahan Simbah bercerita. Mencoba kilas balik 4 bulan yang lalu disaat menunjukan 3 biji, Jagung, Semangka dan Durian, tetapi saya tidak paham apa maksud dari 3 biji terrsebut. Lalu mulailah bercerita sambil mengepulkan rokok dari klobot ”kulit tongkol Jagung”, dengan tembakau rajangan sendiri dan gerusan Cengkih.
Hidup ini, adalah menyimpan, menanam, memelihara dan menuai. Jika hidupmu ibarat Jagung, yang kamu simpan dalam Pogo, makan tidak akan berubah, tetapi akan awet lama. Apabila hidupmu layaknya Semangka, maka dari biji sebesar Kwaci dalam jangka waktu 4-6 bulan akan berbuah berkali lipat, tetapi cuma sekali berbuah. Andaikata hidupmu seperti Durian, yang tidak bisa kamu simpan dalam Pogo, makan harus segera kamu tanam, namun perlu kesabaran karena butuh tahunan untuk berbuah dan berpuluh-puluh tahun akan bertahan untuk menghasilkan buah.
Nah jika dirimu mempunyai harta, duit katakanlah, maka Jagung adalah Tabanas-mu ‘’seingat Simbah masih Tabanas, Taska dan Tapelpram”. Duitmu akan utuh dan awet, sebab kamu simpan, hanya saat tidak punya beras baru kamu ambil. Nah jika hartamu kamu putar, atau bisnis makan akan berbuah sekian kali lipat, seperti biji semangka yang secuil namun menghasilkan berkilo-kilo buah. Sekarang, jika hartamu kamu dermakan pada mereka yang membutuhkan, layaknya biji Durian yang kamu tanam, sebab kamu tidak tahu kapan akan berbuah dan kapan kamu kejatuhan Durian, bisa setahun, dua tahun atau sepuluh tahun mendatang atau tidak sama sekali.
Sangat sederhana, namun bermakna sekali dari sebuah filosofi biji. Pelajaran bagaimana memperlakukan harta kita, apakah akan disimpan, diputar atau diinvestasikan. Sebelum mengakhiri perbincangan, sebuah pesan moral dari Simbah mengalir bersamaan dengan kepulan asap rokok klobotnya. Menyimpan dan menanam itu butuh tangan dingin, tidak sembarang, artinya gunakan hati yang tulus, dirawat dan terus berdoa pada Gusti agar kelak semua berbuah baik saat dipanen. Jangan berpikir, jangan-jangan nanti ada tikus yang makan biji Jagung, atau ada yang maling Semangka atau orang lain kejatuhan Durian. Ingat, semua sudah ada yang ngatur, simpan dan tanam dengan keiklasan, sebab kamu tidak harus makan nasi Jagung dari Pogomu, atau Semangka dan Durian dari kebunmu. Sebab semua sudah diatur Gusti, darimana kamu makan nasi Jagung, panen Semangka dan kejatuhan Durian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar